Shalat, penyembahan kepada Allah Yang Satu, Tuhan yang tanpa sekutu adalah bukti takwa yang nomor satu

Mengapa hanya menyembah Tuhan Allah saja? 
Karena hanya Tuhan Allah saja yang memiliki ke-Maha Besar-an, dan tiada tuhan lain yang mampu menyekutukan-Nya. “Allah berfirman,” dalam surat Al Nahl ayat 51 Kitab Al Quran, “Janganlah kamu menyembah dua tuhan; sesungguhnya Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut”.
Kita hanya harus menyembah Ya Allah ya Ahad, Tuhan Yang Maha Esa tanpa sekutu. Seperti kubaca dalam surat Al Anam ayat 101-103 Kitab Al Quran: “Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu. (Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah, Tuhan kamu; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu. Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” “Katakanlah,” demikian wahyu Tuhanku, kepada Nabiku, Muhammad saw., kubaca di surat Yunus ayat 34 Kitab Suci Al Quran, “Apakah di antara sekutu-sekutumu ada yang dapat memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali? Katakanlah: Allah-lah yang memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali; maka bagaimanakah kamu dipalingkan (kepada menyembah yang selain Allah)?” 
“Dan barang siapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung,” begitu kata Tuhanku, Ya Allah ya Muhshy, Tuhan Yang Maha Menghitung, di surat Al Mu’minun ayat 117 Al Quran. 
Aku menyembah Allah maka aku beribadah. Dan, cara penyembahan kepada Allah yang utama adalah shalat. Karena, shalat itu ibadah yang paling sempurna. Karena, shalat adalah bacaan doa-doa yang disertai irama gerakan tubuh yang sarat hikmah. 

Benarkah shalat adalah amal saleh yang utama? 
Shalatku, ingin kujadikan sebagai amal salehku yang utama. Sebagaimana petunjuk Nabiku, Muhammad saw., diriwayatkan Abu Hurairah dalam Kitab Shahih Sunan Tirmidzi (413): “Sesungguhnya yang pertama kali dihisab pada hari kiamat dari amalan manusia adalah shalatnya; 
Jika amalan shalatnya baik maka ia orang yang bahagia dan beruntung, tetapi jika amalan shalatnya rusak maka ia termasuk orang yang rugi dan tidak beruntung. Jika terdapat kekurangan sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah berfirman: ‘Lihatlah (hai para malaikat), apakah hambaKu mengerjakan shalat sunah untuk menyempurnakan shalat fardhunya? Kemudian jika hamba-Ku mengerjakan shalat sunah, maka shalat sunah itu untuk menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang, kemudian seluruh amalannya diperlakukan seperti itu’.” 

Sungguhkah Allah melihat takwaku? 
Dengan shalat, aku sedang berusaha menjadi orang bertaqwa. Taqwaku adalah kepatuhanku kepada Ya Allah ya Qahhaar, Dzat Yang Maha Menundukkan. Taqwaku adalah ketaatanku kepada Ya Allah ya Raqiib, Dzat Yang Maha Mengawasi. Taqwaku adalah mematuhi perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. 
“Dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa,” begitu kata Tuhanku dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 41. 
“Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” begitu firman Tuhanku Yang Maha Mengawasi, Ya Allah ya Raqiib di surat Al Baqarah ayat 233. 
Maka, aku bersungguh-sungguh mendirikan shalat hanya karena Allah. Karena Allah selalu melihat shalatku: sudah benarkah shalatku seperti yang diajarkan rasul-Nya, Muhammad saw? Bahkan Allah swt. mengetahui niatku mendirikan shalat: untuk riya ataukah untuk menggapai rida-Nya? 
Aku percaya dan yakin dengan petunjuk shalat Nabi Muhammad saw. yang bersumber dari petunjuk Tuhannya, Allah swt, Tuhan kita semua. Maka, kutiru keteladanan Nabiku, Nabi Muhammad saw. Dan akupun mencintai Nabiku, Nabi Muhammad saw, karena mengajariku untuk meraih kesuksesan dengan keberuntungan Tuhan-nya, Tuhan ku juga, dan Tuhan kita semua. 
“Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam, dan agar mendirikan sembahyang serta bertakwa kepada-Nya. Dan Dialah Tuhan Yang kepada-Nya-lah kamu akan dihimpunkan.” Begitu Al Quran mengajariku, tertera dalam surat Al Anam ayat 71-72. 
Kumanfaatkan shalatku untuk menunjukkan siapa sesungguhnya diriku di hadapan Engkau, Ya Allah ya Waaliy, Tuhan Yang Maha Memerintah. 
Engkaulah Yang Maha Menjaga.Ya Allah ya Hafiidh, jagalah langkahku agar tidak keluar dari jalan-Mu yang terang dan lurus. 
Dan Engkau Yang Maha Pemelihara, Ya Allah ya Muhaymin, kuharapkan agar Engkau senantiasa menyertai langkah hidupku. Sebagaimana janji-Mu dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 194: “Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” 
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam,” tegas Tuhanku Yang Maha Mengumpulkan manusia di akhirat, Ya Allah ya Jaami’, dalam firman-Nya di surat Ali Imran ayat 102 Al Quran. (Dana Anwari) Read more...

MENGAPA SHALAT? Aku shalat karena aku memang membutuhkan-Nya, dan aku ingin memanfaatkannya

Kita butuh shalat bagi kesehatan jiwa danraga, dan demi nikmat keberuntungan hidup di dunia dan di akhirat.

Mengapa kita butuh perintah Allah untuk shalat? 
Bila aku niat mengerjakan sesuatu, tentunya aku harus tahu tentang yang mau aku kerjakan. Ketika aku niat shalat, maka aku harus tahu tentang shalat. Sehingga aku melakukannya tidak sebagai beban, atau sekadar menggugurkan kewajiban tanpa paham kegunaannya dan manfaatnya.
Shalat kulakukan sebagai suatu kebutuhan bagi jiwaku. Sebagaimana aku butuh makan dan minum bagi kesehatan tubuhku. Sebagaimana aku butuh pakaian bagi perlindungan diriku. Sebagaimana aku butuh rumah bagi tempatku berteduh.
Shalat adalah cara terbaik mengingat Allah. Semakin disiplin kukerjakan shalat, semakin kurasakan kehadiran Tuhan dalam hatiku. Bukankah Tuhan menghadirkan diri-Nya melalui hati setelah akal merasa penat membuktikan kekasatan Allah?  
Akal ternyata hanya mampu menganalisis kebenaran adanya Allah lewat tanda-tanda Kebesaran Kekuasaan Allah di alam semesta ini. Akal pikiran manusia hanya mampu mengungkapkan kebenaran ciptaan Allah satu per satu sesuai wahyu Tuhanku dalam Kitab Suci Al Quran. Ribuan tahun setelah Al Quran diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. akal manusia baru tahu bahwa bumi itu ternyata bulat. Tersirat dalam surat ar-Rahman ayat 17 Al Quran: “Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya.” 
Seandainya bola bumi datar, maka cuma ada satu tempat terbit dan satu pula tempat terbenam matahari. Karena bumi bulatlah, maka ketika matahari terbit di timur bumi, ia akan menyinari sisi sebelah timur bumi saja dan membuat gelap sisi bumi bagian barat karena terhalang mendapat cahaya matahari. Begitu pun sebaliknya, ketika matahari terbit di barat bumi, ia akan menyinari sisi bagian barat bumi saja dan membuat gelap sisi bumi sebelah timur karena terhalang mendapat cahaya matahari. 
Dan firman-Nya, di surat al-Qiyaamah ayat 4 Al Quran: “Sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna,” ternyata berisi pengetahuan dari Allah kepada manusia bahwa sidik jari setiap manusia adalah berbeda. Seminar ilmu pengetahuan modern abad 20 yang membahas “Studi Pelacakan Identitas dan Jejak” menyimpulkan hingga kini sama sekali tidak terdapat persamaan di antara satu sidik jari dengan sidik jari lainnya. Ilmu dari Allah tentang sidik jari itu pun hingga kini dimanfaatkan untuk mengidentifikasi orang, baik bagi kepentingan pendataan maupun mencari pelaku kejahatan. 

Sungguh mampukah kita melihat Allah? 
Sulit mata kita menatap sosok Allah. Ingatlah kisah Nabi Musa, yang juga tak mampu langsung melihat secara sempurna sosok Tuhannya. Sebagaimana dikisahkan Al Quran surat Al Araf ayat 143: “Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: ‘Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau’. Tuhan berfirman: ‘Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku’. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: ‘Maha Suci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman’.” 
Jadi, sekali lagi, sulit bagi akal menemukan bukti bahwa Allah itu ada secara kasat mata. Ia Maha Halus dan Lembut, Ya Allah ya Lathiif. Ia tidak terlihat tetapi Ia Maha Melihat, Ya Allah ya Bashiir. 
Kesempurnaan akal ada batasnya. Maka, fungsikanlah hati. Jawaban terhadap rasa penasaran itu hanya mampu dijawab oleh hati. Hanya batin kita yang sanggup merasakan kehadiran Ya Allah ya Baathin. 
Tapi hati pun ada batasan kesempurnaannya. Seperti juga akal, hati juga harus diberi informasi. Informasi itu adalah petunjuk atau hidayah agama-Nya, agama tauhid. Sehingga akal bisa membuktikan kehadiran Tuhan dan bukti-bukti kekuasaan-Nya secara lahir dan batin sesuai firman Tuhan dalam Al Quran. 
Hidayah agama Allah itu adalah agama tauhid yang sempurna yakni Islam. Sebagaimana diwahyukan Tuhanku kepada Nabiku dalam surat Al Maidah ayat 3 Al Quran: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.” 

Benarkah ajaran Islam Muhammad saw. untuk semua manusia? 
Nabiku, Muhammad saw., penutup para nabi Allah, yang menyampaikan wahyu Allah dan jiwa Islam kepada seluruh umat manusia tanpa membedakan warna kulit, tanpa membedakan jenis rambut, tanpa membedakan suku, tanpa membedakan ras, tanpa membedakan keturunan dan kekayaan, bahkan tanpa membedakan keyakinan dan kepercayaan yang sedang dipeluknya, menjelaskan soal hidayah agama Islam seperti dipaparkan oleh Abu Musa dalam kitab hadis riwayat Bukhari dan Muslim (1312): “Nabi Muhammad saw. bersabda: Perumpamaan Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung dalam mengutusku untuk menyampaikan petunjuk dan ilmu adalah seperti hujan yang membasahi bumi. Sebagian tanah bumi tersebut ada yang subur sehingga dapat menyerap air serta menumbuhkan rerumputan. Dan sebagian lagi berupa tanah-tanah tandus yang tidak dapat menyerap air. 
Lalu Allah memberikan manfaatnya kepada manusia sehingga mereka dapat meminum darinya, memberi minum dan menggembalakan ternaknya di tempat itu. Yang lain menimpa tanah datar yang gundul yang tidak dapat menyerap air dan menumbuhkan rumput. 
Itulah perumpamaan orang yang mendalami ilmu agama Allah dan memanfaatkannya sesuai ajaran yang Allah utus kepadaku di mana dia tahu dan mau mengajarkannya. Dan juga perumpamaan orang yang keras kepala yang tidak mau menerima petunjuk Allah yang karenanya aku diutus.” 

Ilmu ketauhidan yang sempurna: Islam-- yang diajarkan Nabi Muhammad saw. kepada semua manusia bak rahmat Allah berupa hujan. Hujan yang memberikan kesegaran kehidupan. Wahyu Allah swt. yang dibawa Ruhul Kudus: Malaikat Jibril-- dan disampaikan kepada Nabi Muhammad saw. bak angin yang memberi kabar gembira bakal datangnya rahmat, 
Ingatlah firman-Nya, dicatat dalam Kitab Al Quran surat Al Araf ayat 57-58: Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. 
Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur. 

Benarkah shalatku memutuskan hubunganku dengan kesyirikan dan kekafiran? 
Benar, karena Nabi Muhammad saw. menyampaikannya begitu. Dan sebagai tanda bersyukur atas rahmat Islam-Nya, kutanam dalam sanubariku, apa yang dikatakan Nabiku, Nabi Muhammad saw., yang diriwayatkan Jabir dalam Kitab Shahih Muslim (63): “Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya tali penghubung antara seseorang dengan syirik dan kafir, ialah meninggalkan shalat.” 
Maka, dengan shalatku, aku memutuskan tali penghubung kepada dosa syirik (menyekutukan-Nya) dan kafir (tak mempercayai-Nya). 
Sehingga, semakin kurasakan kehadiran Tuhan dalam kreativitas berpikirku. Semakin terwarnai hidup dan kehidupanku dengan wahyu-Nya (Al Quran) dan ketauladanan Nabi-Nya (Al Hadis). Sehingga, aku bisa, dan insya Allah, dimampukan menikmati hidup di dunia ini dan menikmatinya juga kelak di alam akhirat berbekal keridaan-Nya, Ya Allah ya Maajid, Allah Yang Maha Mulia Pemberian-Nya.(Dana Anwari)
Read more...

Lewat kematian, kupertanggungjawabkan fitrah kemanusiaanku: bagaimanakah penyembahanku kepada Ya Allah ya Jabbar, Tuhan Yang Kehendak-Nya Tidak Dapat Diingkari?

Mengapa Hidup harus dipertanggungjawabkan? 
Ya Allah ya Baari’, Tuhan Yang Mengadakan Dari Tiada, mengadakan aku dari yang tiada. Dan aku pun akan diminta-Nya bertanggungjawab atas caraku mengelola hidup dan kehidupanku di dunia ini.
Lewat kematianku, aku akan kembali kepada Tuhanku, Ya Allah ya Baaqii, Tuhan Yang Maha Kekal.
 Seperti kata Tuhanku, Ya Allah ya Muqsith, Tuhan Yang Maha Penuntut Keadilan, dalam surat al-Qiyaamah ayat 36-40 Al Quran: “Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)? Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya, lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki laki dan perempuan. Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?”
“Hanya kepada-Nya-lah kamu semuanya akan kembali, sebagai janji yang benar daripada Allah,” begitu kubaca dalam Al Quran surat Yunus ayat 4, “sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit), agar Dia memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan adil.” 
“Pertanggungjawaban apakah yang diminta Tuhanku, Ya Allah ya Hasiib, Tuhan Yang Maha Pembuat Perhitungan? Bagiku cuma satu. Aku harus melakukan berbagai aktivitas hidup yang bernilai ibadah kepada-Nya.” 
Aku harus melakukan kesalehan, Aku harus beramal saleh, yakni menyembah-Nya. Menyembah Allah tidak hanya melalui shalat, tetapi dengan cara mengikuti apa yang dimaui-Nya dan meningggalkan apa yang dilarang-Nya dalam setiap aktivitas hidupku.”  

Mengapa aku harus selalu yakin tiada Tuhan selain Allah? 
Dengan kecerdasan akal dan kecerdasan hati, yang dianugerahkan Allah kepadaku, aku bukannya menolak apalagi membangkangi perintah-Nya. Justru dengan kemampuan akal dan hati, aku kuak hikmah di balik perintah dan larangan Allah kepadaku sebagai makhluk ciptaan-Nya. Agar aku paham manfaat perintah Tuhanku Yang Maha Damai Sejahtera, Ya Allah ya Salaam. 
Kreativitas berpikirku adalah kreativitas memahami wahyu-Nya dan hadis Rasul-Nya, Nabi Muhammad saw., yang kuharmonikan dengan ruang dan waktu kehidupanku. 
Aku kepingin riang mengerjakan perintah Tuhanku, karena aku memang membutuhkan-Nya. Dan bila tak kulakukan kemauan-Nya, maka akan membuatku bersedih karena bakal tidak mendapatkan keberuntungan-Nya. Sebagaimana diputuskan Tuhanku, Ya Allah ya Hakam, Tuhan Yang Maha Hakim dalam Al Quran surat Adz Dzariyat ayat 56: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” 
Betapa pentingnya hati dan pikiranku selalu berikrar “La ilaha illallah”, tiada Tuhan selain Allah. Dan aku tak mau kafir menduakan Allah. Karena, “Rasulullah saw. bersabda: Barangsiapa mati dalam keadaan dia yakin bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, maka dia masuk surga.” Begitu kubaca hadis yang diriwayatkan Utsman, di Kitab Shahih Muslim (24). 
Dan aku ingin memiliki ketenangan jiwa ketika menghadap Tuhanku dengan hati yang puas karena rida-Nya, sebagaimana Tuhanku menyeru dalam firman-Nya di surat Al Fajar ayat 27-28: Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. (Dana Anwari) Read more...

Kuhadapkan wajahku dengan lurus kepada agama-Mu, ya Allah ya Fattah, Tuhanku Yang Maha Membuka Hati, yakni agama Islam yang mengagungkan-Mu

Mengapa hanya menyembah Allah swt?
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” Begitulah penjelasan dari Tuhanku, Ya Allah ya Mutakabbir, Tuhan Pemilik Segala Keagungan, dalam Kitab Al Quran surat Ar Ruum ayat 30.
“Dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus,” demikian tegas Tuhanku Yang Selalu Maha Dibutuhkan, Ya Allah ya Shamad, tertera dalam surat Yasin ayat 61 Al Quran.
Manusia diciptakan Allah bukan untuk melakukan kesia-siaan. Ya Allah ya Qudduus, Allah Sungguh Maha Suci. Tiada ciptaan-Nya yang sia-sia dan tidak memiliki manfaat. Manusia diciptakan-Nya dari bumi sekaligus hendak dijadikan-Nya pemakmur bumi. Pemakmur bumi yang diberkahi keberuntungan-Nya adalah pemakmur bumi yang hanya menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa, yakni Allah yang tanpa sekutu. Ya Allah ya ‘Afuww, Allah Yang Maha Pemaaf. Ya Allah ya Tawwaab, Allah Yang Maha Penerima Tobat. Bila kita salah dan khilaf dalam bekerja memakmurkan bumi, lalu berdoa kepada-Nya sebagai seorang hamba yang hina, memohon ampunan-Nya, maka Ya Allah ya Ghafuur, Tuhanku Yang Maha Mengampuni, insya Allah mengabulkan doa hamba-Nya. Sesuai janji Allah, dalam Al Quran surat Hud ayat 61: “Sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya).” Tidakkah kamu tahu,” begitu papar Nabiku dalam Kitab Al Quran surat An Nur ayat 41, “bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi, dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” “Apakah kamu tiada mengetahui,” begitu papar Nabiku dalam Al Quran surat Al Hajj ayat 18, “bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? Dan dalam surat Al Isra ayat 44 Al Quran: “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.” Kini makin kupahami fitrah kemakhlukanku. Manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yang satu yakni agama tauhid: penyembahan kepada Tuhanku Yang Tunggal tanpa satu pun sekutu, Ya Allah ya Waahid. Dengan sembahyang hamba-Mu ini, ya Allah ya Mubdi’, kusembah Yang Maha Memulai, yaitu Engkau. Kubuktikan penyerahan diriku pada-Mu, Ya Allah ya Mu’iid, wahai Dzat Yang Maha Mengembalikan. Dengan sembahyang hamba-Mu ini, ya Allah ya Muhyii, kusembah Yang Maha Menghidupkan, yaitu Engkau. Kubuktikan ketundukkanku pada-Mu, Ya Allah ya Mumiit, wahai Dzat Yang Maha Mematikan.” Dengan sembahyang hamba-Mu ini, ya Allah ya Awwal, kusembah Yang Maha Permulaan, yaitu Engkau. Kubuktikan kepatuhanku pada-Mu, Ya Allah ya Aakhir, wahai Dzat Yang Maha Akhir. 

Mengapa kita mesti mati dalam Islam? 
Aku pun berharap nyawaku dicabut dalam keadaan beragama Islam. Dalam penyerahan diriku yang total kepada-Mu. Dalam ketundukkanku yang total kepada-Mu. Dalam kepatuhanku yang total kepada-Mu. Aku pun ingin tetap bersaksi: Tiada Tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah— hingga tubuhku merenggang, kaku, dan mati. Tubuhku kembali ke tanah sebagaimana Engkau ciptakan aku pada awalnya. Roh ku kembali ke haribaan-Mu, ya Tuhanku. “(Ya Tuhan), Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh,” begitulah doaku, seperti yang kutiru dari Kitab yang luhur, kitab yang agung dan kitab yang mulia: Kitab Suci Al Quran, surat Yusuf ayat 101 dan surat Al Anam ayat 162: “Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” 
Mati dalam keadaan tidak beragama Islam adalah suatu kerugian. Simaklah firman-Nya dalam Al Quran surat Ali Iman ayat 85: Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. 
Bila saat ini jiwa kita belum lagi Islam, dan belum menjalankan ajaran Islam sebagaimana mestinya, mudah-mudahan nyawa kita tidak dicabut di saat ini. Semoga kita diberi kesempatan untuk menjadi Islam sebagaimana Nabi Muhammad saw. mengajarkan keteladanan jiwa seorang muslim: pemeluk agama Islam yang menegakkan keagungan agama-Nya Yang Maha Agung. 
Tetapi, mengapa kita tidak menjadi Islam sejak sekarang ini? Mengapa mesti menunggu? Padahal, sudah berjiwa Islam atau belum berjiwa Islam, diri kita tidak bisa lari dari kematian. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Jum’ah ayat 8 Al Quran: Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. 

Mengapa yang mengakui Isa itu seorang nabi akan masuk ke surga? 
Aku ingin masuk surga setelah kematianku. Aku ingin bisa diterima minimal di salah satu pintu surga dari delapan pintu yang disediakan Allah bagi hamba-Nya yang diridai-Nya. Simaklah hadis di Kitab Shahih Muslim (26): Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang mengucapkan pengakuan : Aku mengaku tidak ada Tuhan selain Allah satu-satunya, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah Rasul Allah, dan bahwa Isa adalah hamba Allah, anak dari wanita hamba-Nya, dan Kalimah-Nya yang ditujukan-Nya kepada Maryam, dan ruh daripada-Nya, dan bahwa surga dan neraka itu sebenarnya ada-- Allah akan memasukkannya ke surga melalui salah satu pintu dari delapan pintu yang dikehendaki-Nya.” 
Lebih jelas lagi, simak pula wahyu Allah swt. kepada Nabiku, Nabi Muhammad saw. dalam surat An Nisa ayat 171 Al Quran: Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara. (Dana Anwari) Read more...

FITRAH MANUSIA. Kupahami fitrah untuk bersyukur menyungkur sujud menyembah Allah, dan wafat dalam agama Islam

Ketika Allah Yang Maha Pencipta, Ya Allah ya Khaaliq menyatakan: “Jadilah!”, maka jadilah apa yang diinginkan Tuhanku atas diriku.

Siapakah aku? Manusia!
Siapakah manusia? Makhluk ciptaan Allah! Bagaimana aku lahir ke dunia? Dari cinta kasih perkawinan orang tua: ibu dan bapak. Sesuai firman Tuhanku Yang Maha Kasih Sayang, Ya Allah ya Rahiim yang diwahyukan kepada rasul terakhir, penutup para nabi, Muhammad saw. melalui Malaikat Jibril, tertera dalam Kitab Suci Al Quran surat An Nisa ayat 1: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.”
Bagaimanakah Allah menciptakan moyangku yang awal? “Kami telah meciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk,” begitu penjelasan Tuhanku di surat Al Hijr ayat 26 Al Quran. Dan dalam Al Quran di surat As-Sajadah ayat 29, Nabi Muhammad saw. menyampaikan: “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.”
Begitu juga tentang proses kelahiran Nabi Isa, yang lahir tanpa kehadiran seorang bapak dari ibu bernama Maryam. Kata Tuhanku Yang Maha Mengadakan dan Mengembangkan Dari Tiada, Ya Allah ya Baari’ dalam Kitab Al Quran surat Ali Imran ayat 59: “Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: Jadilah’ (seorang manusia), maka jadilah dia.” “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk,” begitu dijelaskan Tuhanku Yang Maha Pembuat Bentuk, Ya Allah ya Mushawwir dalam Kitab Al Quran surat Al-Mu’minun ayat 12-14. Ilmu pengetahuan pun kemudian membuktikan kebenaran Ya Allah ya Rasyiid, Tuhanku Yang Maha Pandai, bahwa dalam tubuh manusia memang mengandung unsur-unsur yang dikandung tanah: karbon, oksigen, hydrogen, fosfor, sulfur, nitrogen, kalsium, potassium, sodium, magnesium, chlorine, zat besi, tembaga, yodium, fluorine, kobalt, silicon, dan alumunium. 

Mengapa laki-laki dan perempuan berpasangan? 
Dan tentang firman Tuhanku Yang Maha Cinta Kasih, Ya Allah ya Waduud, dalam Al Quran surat al-Najm ayat 45-46 yang berbunyi: “Bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan, dari air mani, apabila dipancarkan.”, terkuaklah hikmahnya melalui kemampuan pengetahuan akal manusia: bahwa mani atau sperma ternyata terbagi dua: jenis yang membawa kromosom laki-laki (Y) dan jenis yang membawa kromosom wanita (Y). Bila Allah mempertemukan sperma pembawa kromosom (Y) dengan ovum pengandung kromosom (X), maka insya Allah akan lahir anak laki-laki. Bila sperma berkromosom (X) bertemu dengan ovum pengandung kromosom (X), maka insya Allah akan lahir anak perempuan. 

Bagaimana tanggungjawab seorang anak? 
Tuhanku, Ya Allah ya Syakuur, Allah Yang Maha Menerima Syukur, berfirman dalam Al Quran surat Luqman ayat 14: “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu.” 
Aku wajib bersyukur kepada Allah yang telah menciptakanku. Aku pun wajib bersyukur kepada ibu-bapak karena telah melahirkanku ke dunia ini. Hingga aku seperti sekarang ini: bisa menikmati hidup dan indahnya dinamika kehidupan. “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya,“ bunyi firman Tuhanku. Allah swt. dalam surat Al Isra ayat 23 Al Quran, “Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” 
Nabiku, Muhammad saw. juga menekankan itu pula dalam satu hadis yang diriwayatkan dalam Kitab Shahih Bukhari (1690): Dari Abu Hurairah, katanya: Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah saw. dan bertanya: “Wahai Rasulullah! Siapakah yang paling berhak aku pergauli dengan baik?” Jawab beliau: “Ibumu!” Tanya orang itu: “Sesudah itu siapa?” Jawab beliau: “Ibumu!” Tanya: “Kemudian itu siapa lagi?” Jawab beliau: “Ibumu!” Tanya: “Siapa lagi?” Jawab beliau: “Kemudian itu bapakmu!” 

Bagaimana tanggungjawab orang tua? 
Dan aku, sebagai orang tua, memiliki tanggungjawab untuk menjadikan anak-anakku memeluk agama-Nya yang sempurna, yakni agama Islam. Kupelihara keluargaku agar mereka yang kusayangi itu tidak menjadi bahan bakarnya neraka. Sebagaimana firman Tuhanku dalam Al Quran surat At Tahrim ayat 6: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” 
Kubukakan pintu seluas-luasnya bagi anak-anakku untuk memahami fitrah hidayah agama-Nya yang sempurna: Islam. Kujaga perilakuku dan istriku agar menjadi pintu bagi anak-anakku memasuki agama Islam. Kupenuhi rak-rak buku di rumahku dengan buku dan bacaan tentang agama Islam agar menjadi pintu masuk bagi anak-anakku memahami Islam. Kusetelkan perangkat audio visual yang kumiliki dengan syiar Islam agar menjadi pintu masuk bagi anak-anakku memahami agama Islam. Kuminta sanak keluarga dan karib kerabat yang bertandang ke rumahku untuk melaksanakan shalat di rumahku atau di masjid dekat tempat tinggalku, agar itu menjadi pintu masuk bagi anak-anakku memahami Islam. 
“Seribu satu pintu dan jendela kubuka selebar-lebarnya agar cahaya hidayah agama Islam menyinari keluargaku. Termasuk doa dan pintaku agar anak cucu keturunanku senantiasa mendapatkan cahaya agama-Nya yang sempurna: Islam-- sepanjang hidup keluarga dan keturunan kami. Aamiin ya Rabbal Aallamin.” Bukankah Nabi Ibrahim, bapak para nabi pengajar agama samawi, telah memilihkan bagi anak-anaknya agama tauhid? 
Bacalah dalam surat Al Baqarah ayat 132: Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”. 

Seorang anak dilahirkan dalam keadaan fitrahnya beragama tauhid yang sempurna, menyembah satu Tuhan yakni Allah Yang Maha Esa tanpa sekutu, sebagaimana diajarkan dalam agama Islam. Bila anak itu kemudian menjadi tidak beragama atau memeluk agama nonIslam, maka itu disebabkan oleh peran kedua orang tuanya. Sebagaimana dikatakan Nabiku, Muhammad saw. diriwayatkan Abu Hurairah, dalam kitab Hadis Bukhari dan Muslim (1527): Rasulullah saw. bersabda: “Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, seorang Nasrani maupun seorang Majusi. Sebagaimana seekor binatang yang melahirkan seekor anak tanpa cacat, apakah kamu merasakan terdapat yang terpotong hidungnya?” (Dana Anwari) Read more...

Siapa yang tidak percaya Hadits Nabi Muhammad saw.? Padahal dalam riwayat hadis, Nabiku menyatakan: “Sesungguhnya agama (Islam) itu ringan. Barangsiapa memperberat-berat, maka dia akan dikalahkan oleh agama. Oleh karena itu kerjakanlah (agama itu) menurut mestinya, dan gembiralah (karena akan memperoleh pahala)”

Apakah Rukun Islam memberatkan? Menurut Nabiku, Muhammad saw., keagungan agama-Nya ditegakkan di atas lima pilar: bersyahadat, ibadah shalat, berzakat, berpuasa, dan ibadah haji. Sebagaimana hadis riwayat Anas bin Malik, seorang yang dididik layaknya anak sendiri oleh Nabi Muhammad saw., dan dicatat oleh Bukhari dan Muslim (4): Anas berkata: Kami dilarang bertanya kepada Rasulullah saw. tentang sesuatu. Yang mengherankan kami bahwa seorang badui yang beradab mengajukan pertanyaan kepada beliau dan kami mendengarkan. Suatu hari datang seorang Badui, lalu berkata: “Wahai Muhammad, utusanmu telah datang kepada kami, ia mengatakan bahwa engkau menyatakan bahwa Allah telah mengutusmu.” Rasulullah saw. menjawab: “Benar.” Orang itu bertanya: “Kalau begitu, siapakah yang menciptakan langit?” Rasulullah saw. menjawab: “Allah.” Orang itu bertanya: “Siapakah yang menciptakan bumi?” Rasulullah saw. menjawab: “Allah.” Orang itu bertanya: “Siapakah yang menegakkan gunung-gunung ini dan menjadikan sebagaimana adanya?” Rasulullah saw. menjawab: “Allah.” Orang itu berkata: “Demi Zat yang telah menciptakan langit, menciptakan bumi dan menegakkan gunung bahwa Allah-lah yang mengutusmu?” Rasulullah saw. menjawab: “Ya.” Orang itu berkata: “Utusanmu mengatakan bahwa kami wajib mengerjakan shalat lima waktu dalam sehari semalam.” Rasulullah saw. menjawab: “Benar.” Orang itu berkata: “Demi Zat yang mengutusmu, apakah Allah yang memerintahkanmu?” Rasulullah saw. menjawab: “Benar.” Orang itu berkata: “Utusanmu mengatakan, bahwa kami wajib mengeluarkan zakat harta kami.” Rasulullah saw. menjawab: “Benar.” Orang itu bertanya: “Demi Zat yang mengutusmu, apakah Allah yang memerintahkanmu?” Rasulullah saw. menjawab: “Ya.” Orang itu berkata: “Utusanmu juga mengatakan bahwa kami diwajibkan puasa pada bulan Ramadan.” Rasulullah saw. menjawab: “Benar.” Orang itu bertanya: “Demi Zat yang mengutusmu, apakah Allah yang memerintahkanmu?” Rasulullah saw. menjawab: “Ya.” Orang itu berkata: “Utusanmu mengatakan pula bahwa kami wajib menunaikan ibadah haji ke Baitullah, jika mampu.” Rasulullah saw. menjawab: “Benar.” Kemudian orang itu pergi, seraya berkata: “Demi Zat yang mengutusmu dengan membawa kebenaran, aku tidak akan menambahkan atau mengurangi semua apa yang telah engkau terangkan.” Mendengar itu, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya jika benar apa yang diucapkan, ia akan masuk surga.” Syahadat Dua kalimat syahadat adalah ketaatan yang ikhlas kepada “tiada Tuhan selain Allah” dan kepada “Muhammad, Rasul Allah”. Ketaatan dan kepatuhan yang ikhlas bersyahadat dalam niat, lisan dan perbuatan sungguh-sungguh menguntungkan diri sendiri. Bacalah dalam kitab hadis Bukhari dan Muslim (16): Anas bin Malik berkata: Rasulullah saw. dan Muaz bin Jabal berboncengan di atas tunggangan. Rasulullah saw. bersabda: “Hai Muaz.” Muaz menyahut: “Ya, wahai utusan Allah, aku siap menerima perintah.” Rasulullah saw. memanggil lagi: “Hai Muaz.” Muaz menjawab: “Ya, wahai utusan Allah, aku siap menerima perintah.” Sekali lagi Rasulullah saw. memanggil: “Hai Muaz.” Muaz menjawab: “Ya, wahai utusan Allah, aku siap menerima perintah.” Rasulullah saw. bersabda: “Setiap hamba yang bersaksi bahwa: Tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, maka Allah mengharamkan api neraka atasnya.” Muaz berkata: “Wahai Rasulullah, bolehkah aku memberitahukan hal ini kepada orang banyak agar mereka merasa senang?” Rasulullah saw. bersabda: “Kalau engkau kabarkan, mereka akan menjadikannya sebagai andalan.” Shalat Ibadah shalat adalah suatu peluang dari Allah kepada kita untuk mendapatkan petunjuk dan bimbingan-Nya menjauhi kekejian dan kemungkaran sekaligus menghapuskan salah dan khilaf yang sudah kita lakukan. Bacalah hadis riwayat Abdullah bin Masud, seorang penghapal Al Quran yang langsung mendengarkan ayat-ayatnya dari Nabi Muhammad saw., dalam kitab hadis Bukhari dan Muslim (48): Abdullah bin Masud berkata: Aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw.: “Pekerjaan manakah yang paling utama?” Beliau menjawab: “Shalat pada waktunya.” Aku bertanya lagi: “Kemudian apa?” Beliau menjawab: “Berbakti kepada kedua orang tua.” Kembali aku bertanya: “Kemudian apa?” Beliau menjawab: “Berjuang di jalan Allah.” Aku tidak bertanya lagi kepada beliau untuk menjaga perasaan beliau. Zakat Ibadah sedekah yang diwajibkan atas harta dan kemampuan yang kita miliki. Sungguh suatu kebahagiaan di kala kita melihat kebahagiaan orang lain yang kita bantu dari kesulitannya. Bacalah hadis riwayat Abu Hurairah, sahabat Nabi Muhammad saw. yang kerap mendampinginya, dalam Kitab Shahih Bukhari (740): Rasulullah saw. bersabda: Setiap hari dua malaikat turun dari langit; satu di antaranya berkata, “O, Allah! Gantilah bagi setiap orang yang pemurah karena-Mu.” Dan yang lain berkata, “O, Allah! Musnahkanlah harta setiap orang yang menahan-nahan (hartanya, tidak mau bersedekah).” Puasa Ibadah puasa melatih diri agar hawa nafsu kita menjadi hawa nafsu yang dirahmati Allah. Sehingga tubuh menjadi sehat dengan makan minum teratur. Lebih sabar dan tak mudah marah. Hati dan pikiran lebih jernih menata hidup meraih keberuntungan-Nya. Bacalah hadis riwayat Sahal bin Saad, yang catatan hadisnya banyak diriwayatkan oleh putra-putranya, dalam kitab hadis Bukhari dan Muslim (643): Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya di dalam surga itu terdapat pintu yang bernama Rayyan. Orang-orang yang berpuasa akan masuk lewat pintu itu pada hari kiamat. Tidak ada orang selain mereka yang masuk bersama mereka. Ditanyakan: Di mana orang-orang yang puasa? Kemudian mereka masuk lewat pintu tersebut dan ketika orang yang terakhir dari mereka sudah masuk, maka pintu itu ditutup kembali dan tidak ada orang yang akan masuk lewat pintu itu.” Berhaji Wisata ibadah melakukan napak tilas perjuangan Nabi Ibrahim, bapak para nabi, dan keluarganya, termasuk Nabi Muhammad saw. Serta, mendekatkan diri dengan Baitullah, tempat ibadah yang pertama di bangun di bumi, lalu shalat dan memanjatkan doa sepuas-puasnya hingga dada semakin penuh dengan kebahagiaan iman. Bacalah hadis riwayat Abu Hurairah, dalam kitab hadis Bukhari dan Muslim (765): Rasulullah saw. telah bersabda: “Barang siapa datang (haji) ke Baitullah ini lalu tidak berbicara kotor dan tidak berbuat maksiat, maka ia akan kembali seperti ketika dilahirkan oleh ibunya.” Bagaimana mengagungkan agama Islam? Menurut Nabiku, Muhammad saw., agama Islam itu mudah dan jangan diberat-beratkan. Jika agama Islam itu dipersulit, maka akan memberatkan pemeluknya untuk melaksanakan perjuangan ibadah di jalan Allah atau jihad mengagungkan nama Allah. Kerjakanlah ibadah sebagaimana mestinya. Kata kuncinya cukup keikhlasan mematuhi perintah-Nya dan keikhlasan mengikuti ajaran Nabi-Nya. Abu Hurairah ra., yang didoakan Nabi Muhammad saw. agar selalu hafal hadis-hadis yang diberikannya, meriwayatkan dalam Kitab Shahih Bukhari (33): Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya agama (Islam) itu ringan. Barangsiapa memperberat-berat, maka dia akan dikalahkan oleh agama. Oleh karena itu kerjakanlah (agama itu) menurut mestinya, dan gembiralah (karena akan memperoleh pahala), serta beribadahlah pada waktu pagi, petang dan sebagian malam.” Bagaimana cara teguhkan Syahadat? Ikhlaslah mematuhi perintah-Nya dan ikhlaslah mengikuti ajaran Nabi-Nya. Bila ingin terus bisa bersikap ikhlas, camkanlah terus kalimat syahadat di kepala dan dada. Maka, jangan pernah lupakan syahadat. Bacaan syahadat ada di dalam bacaan shalat. Maka, jangan lupa mendirikan shalat. Sebagaimana dapat dibaca dalam Kitab Al Quran surat At Taubah ayat 91: “Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah, atas orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada jalan sedikit pun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” Bagaimana bila lupa Shalat? Bacalah hadis riwayat Anas bin Malik, yang sejak kecil diserahkan ibunya untuk membantu Nabi Muhammad saw., dalam kitab hadis Bukhari dan Muslim (365): Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa yang lupa shalat, maka hendaklah melakukannya ketika ia ingat. Tidak ada kifarat baginya kecuali hanya segera melaksanakannya” Bagamana bila lupa Puasa? Bacalah hadis riwayat Abu Hurairah, dalam kitab hadis Bukhari dan Muslim (645): Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa lupa bahwa ia sedang berpuasa, sehingga ia makan atau minum, maka hendaklah ia meneruskan puasanya, karena sesungguhnya ia telah diberi makan dan minum oleh Allah.” Bagaimana bila tidak mampu Berzakat? Zakat adalah sedekah yang diwajibkan atas orang-orang yang diberikan kelebihan oleh Allah. Bacalah hadis riwayat Abu Musa ra., seorang sahabat Nabiku yang dikenal merdu melantunkan ayat-ayat suci Al Quran, dalam kitab hadis Bukhari dan Muslim (540): Nabi saw.bersabda: “Setiap muslim wajib bersedekah.” Ditanyakan: “Apa pendapatmu jika ia tidak mempunyai sesuatu (untuk bersedekah)?” Rasulullah saw. bersabda: “Dia bekerja dengan kedua tangannya, sehingga ia dapat memberi manfaat dirinya dan bersedekah.” Ditanyakan pula: “Apa pendapatmu, jika ia tidak mampu?” Rasulullah saw. bersabda: “Dia dapat membantu orang dalam keperluan mendesak.” Ditanyakan lagi: “Apa pendapatmu, bila tidak mampu?” Rasulullah saw. bersabda: “Dia dapat memerintahkan kebaikan.” Masih ditanyakan lagi: “Apa pendapatmu jika ia tidak melakukannya?” Rasulullah saw. bersabda: “Dia dapat menahan diri dari berbuat kejahatan, karena itu adalah sedekah.” Bila mampu, bolehkah berhaji setiap tahun? Bacalah hadis riwayat Abu Hurairah, dalam kitab hadis Bukhari dan Muslim (753): Abu Hurairah berkata: Rasulullah pernah berpidato di hadapan kami, beliau berkata: “Wahai manusia! Sesungguhnya Allah telah mewajibkan ibadah haji atas kamu sekalian, maka berhajilah!” Seorang lelaki bertanya: “Apakah setiap tahun, wahai Rasulullah?” Beliau diam tidak menjawab. Sehingga lelaki itu mengulangi pertanyaannya sampai tiga kali. Rasulullah saw. kemudian menjawab: “Jika aku katakan ‘ya’, niscaya akan wajib setiap tahun dan kamu sekalian tidak akan mampu melaksanakannya.” Beliau melanjutkan: “Biarkanlah apa yang telah aku katakan kepada kamu sekalian! Sesungguhnya umat-umat sebelum kamu telah binasa karena mereka banyak bertanya dan berselisih dengan nabi-nabinya. Maka apabila aku memerintahkan sesuatu kepada kamu sekalian, laksanakanlah sesuai dengan kemampuanmu dan jika aku melarang sesuatu kepada kamu sekalian, janganlah kamu kerjakan!” Bagaimana agar tidak menjadi pendusta agama Allah? Nabi Muhammad saw. pun mengingatkan kepada umatnya agar bersikap waspada terhadap orang-orang yang mengaku sebagai utusan Allah. Mereka menambah-nambahi atau mengurang-ngurangi ajaran Islam. Sehingga, ajaran Islam tidak dikerjakan sebagaimana mestinya seperti yang diajarkan Nabi Muhammad saw. Ikrar syahadat pun menjadi kehilangan makna. Dikatakannya dalam kitab hadis Bukhari dan Muslim (1661): Hadis riwayat Abu Hurairah : Dari Nabi saw., beliau bersabda: “Kiamat tidak akan terjadi sebelum dibangkitkan dajjal-dajjal pendusta yang berjumlah sekitar tiga puluh, semuanya mengaku bahwa ia adalah utusan Allah.” Nabiku, Muhammad saw. menegaskan dalam hadisnya, bahwa dirinya adalah nabi dan rasul Allah terakhir. Sehingga, janganlah mudah terkecoh dengan orang-orang yang mengaku sebagai nabi atau rasul setelah Nabi Muhammad saw. wafat hingga hari kiamat datang. Sebagaimana diriwayatkan Jabir ra. dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim (1316): Nabi saw. bersabda: “Perumpamaanku dengan para nabi, adalah seperti perumpamaan seseorang yang membangun sebuah rumah. Dia menata dengan bagus dan sempurna. Kecuali masih ada satu tempat bata. Banyak orang masuk kedalam bangunan tersebut dan mengaguminya seraya berkata: Kalau seandainya bukan karena tempat bata itu (masing kosong), maka akan jauh lebih bagus. Selanjutnya Rasulullah saw. bersabda: Aku adalah yang (diibaratkan) sebagai bata tersebut. Aku datang sekaligus sebagai penutup para nabi-nabi “ Bahkan Tuhan Yang Maha Menghidupkan, Ya Allah ya Muhyii pun menegaskan dalam firman-Nya bahwa Nabi Muhammad saw. adalah penutup para nabi. Itu tertera di surat Al Ahzab ayat 40 Al Quran : “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” Jagalah diri kita dari hasutan para nabi palsu dan dari orang-orang yang mengaku sebagai utusan Allah, wali Allah, atau keturunan Nabi Muhammad saw. Hati-hatilah bila mereka justru menyesatkan kita dengan ajaran Islamnya bila ajaran mereka tidak seperti ajaran Islam-Nya Nabi Muhammad saw. Apakah Syafaat Rasulullah saw itu? Hanya Nabi Muhammad saw. dan para nabi pilihan Allah saja yang dapat memberikan kita syafaat di hari kiamat. Itu pun bila kita taat mengikuti ajaran hidayah agama-Nya. Syafaat itu adalah doa dan pertolongan para Nabi kepada umatnya yang dikabulkan Tuhan. Sebagaimana sabda Nabiku, Muhammad saw. yang diriwayatkan Anas bin Malik oleh Bukhari dan Muslim (110): “Setiap nabi mempunyai doa yang digunakan untuk kebaikan umatnya. Sesungguhnya aku menyimpan doaku sebagai syafaat bagi umatku pada hari kiamat.” “Dan jagalah dirimu dari (‘azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikit pun; dan (begitu pula) tidak diterima syafa‘at dan tebusan daripadanya, dan tidaklah mereka akan ditolong,” begitu peringatan Allah kepada kita dalam surat Al Baqarah ayat 48 Al Quran. Hari Kiamat, apakah hari Kiamat itu? Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu?,” begitu kata Nabiku membacakan firman Tuhan dalam surat Al Qariah ayat 1-11, “Pada hari itu manusia seperti anai-anai yang bertebaran, dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan. Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan) nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan) nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas.” Dan Nabi kita, Nabi Muhammad saw. bermaksud mencegah dan menahan umat manusia tidak tersentuh api neraka. Sebagaimana hadis riwayat Bukhari dan Muslim yang dipaparkan Abu Hurairah (1314): Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya perumpamaanku dan umatku adalah seperti seorang yang menyalakan api yang mengakibatkan binatang-binatang melata dan nyamuk terperangkap ke dalam api tersebut. Aku sudah berusaha memegang ikat pinggang kalian namun kalian malah menceburkan diri ke dalamnya.” Bagaimanakah Persaudaraan dalam Islam? Islam mengajarkan persaudaraan di dunia dan akhirat. Persaudaraan Islam saling menyeru kepada kebenaran-Nya. Persaudaraan Islam saling menebarkan kasih sayang. Saling menebarkan pupuk keimanan. Sekecil apa pun benih iman yang bersemi akan tumbuh subur menghiasi jiwa dengan keindahan-Nya. Peliharalah iman Islam. Itu adalah modal meraih keberuntungan-Nya. Sebagaimana diceritakan Nabi kita, Muhammad saw. dan kubaca di Kitab Shahih Sunan Ibnu Majah (51-61): Dari Abu Sa’id Al Khudri, dia berkata: Rasulullah saw. bersabda, “Apabila Allah telah melepaskan orang-orang beriman dari neraka dan mereka sudah merasa aman, maka perdebatan salah seorang di antara kalian kepada temannya sewaktu di dunia dalam mempertahankan kebenaran tidak lebih seru dari perdebatan orang-orang beriman terhadap Tuhan mereka dalam membela saudara-saudara mereka yang dimasukkan Allah ke dalam neraka.” Beliau melanjutkan, “Maka mereka berkata, ‘Ya Tuhan kami, mereka itu saudara-saudara kami yang mengerjakan shalat bersama kami, berpuasa bersama kami dan menunaikan ibadah haji bersama kami, mengapa Engkau masukkan mereka ke dalam neraka?’ Allah berfirman, ‘Pergilah kamu sekalian dan keluarkanlah siapa saja di antara mereka yang kamu kenal!’ Kemudian mereka pun mendatangi saudara-saudara mereka yang dimasukkan ke dalam neraka dan mengenali mereka dari wajah-wajah mereka, wajah mereka tidak termakan api. Di antara mereka ada yang termakan api hingga pertengahan betis, ada yang termakan api hingga tumit kakinya, dan akhirnya mereka mengeluarkan saudara-saudara mereka ketika di dunia itu sambil berkata, ‘Ya Tuhan kami, telah kami keluarkan orang-orang itu seperti yang telah Engkau perintahkan kepada kami.’ Kemudian Allah berfirman, ‘Keluarkanlah siapa saja yang di dalam hatinya terdapat iman seberat sekeping dinar, kemudian siapa saja yang di dalam hatinya terdapat iman seberat biji sawi’.” Abu Sa’id berkata: Barangsiapa tidak percaya, maka hendaklah dia membaca ayat An Nisa:40, “Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.” Islam adalah keberuntunganku. Dengan memeluk agama Islam, aku termasuk orang-orang yang beruntung berada dalam persaudaraan Islam. Bersama mengumpulkan bekal menghadapi kehidupan di akhirat. Kuciptakan harmoni kehidupanku dengan wahyu Tuhanku Yang Maha Pencipta Tiara Tara, Ya Allah ya Badii’, yang disampaikan kepada Nabiku, Nabi penghabisan, Muhammad saw. Sebagaimana Tuhanku berfirman dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 85: “Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Dana Anwari) Read more...

Siapa yang tidak percaya Al Quran? Sanggupkah orang-orang yang bersikap kritis terhadap eksistensi Tuhan lalu diuji Tuhan dengan perintah menyembelih anaknya seperti kisah Nabi Ibrahim dalam Al Quran?

Siapa yang tidak percaya Kitab Suci Al Quran?
Padahal Tuhan berkata dalam surat As Sajadah ayat 2 Al Quran: “Turunnya Al Qur’an yang tidak ada keraguan padanya, (adalah) dari Tuhan semesta alam.” “Dan sesungguhnya Al Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam,” Al Quran surat Asy Syuara : 192. “Katakanlah (Hai Muhammad): ‘Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Qur’an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)’,” Al Quran surat Al Nahl : 102. “Dan Al Qur’an itu bukanlah dibawa turun oleh setan-setan. Dan tidaklah patut mereka membawa turun Al Qur’an itu, dan mereka pun tidak akan kuasa. Sesungguhnya mereka benar-benar dijauhkan daripada mendengar Al Qur’an itu,” Al Quran surat Asy Syuara : 210-212. “Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir,” Al Quran surat Al Hasyr : 21. “(Al Qur’an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran,” Al Quran surat Al Hijr : 52. “Al Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini,” Al Quran surat Al Jatsiyah : 20. “Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,” Al Quran surat Al Baqarah : 2. “(Al Qur’an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa,” Al Quran surat Ali Imran : 138. “Dan Al Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat,” Al Quran surat Al Anam : 155. “Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al Qur’an itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang,” Al Quran surat Maryam : 97. “Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhan-mu (Al Qur’an). Tidak ada (seorang pun) yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain daripada-Nya,” Al Quran surat Al Kahfi : 27. “Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al Qur’an) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,” Al Quran surat Al Anam : 115. “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya,” Al Quran surat Al Hijr : 9.   
Mengapa manusia bersikap kritis terhadap Allah?
Tidak salah bersikap kritis terhadap eksistensi Tuhan. Bukankah agama-Nya adalah agama akal yang mengajak orang berpikir untuk membuktikan kebenaran Tuhan Yang Maha Nyata, Ya Allah ya Dzaahir. Ingat wahyu-Nya dalam surat Al Baqarah ayat 269 Al Quran: “Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” Bersikap kritis terhadap eksistensi Allah, tidaklah salah. Bukankah agama-Nya juga agama hati, yang mengajak orang membuka hatinya membuktikan kehadiran Tuhan Yang Maha Gaib, Ya Allah ya Baathin. Ingat sebait doa dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 8: (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” Dan ingatlah pula tentang hati yang mengambil suatu pelajaran dari satu peristiwa dalam Kitab Suci Al Quran surat Ali Imran ayat 13: Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati. Nabi Ibrahim adalah contoh orang yang kritis terhadap Tuhannya. Namun kritisnya seorang Ibrahim tetaplah dilandasi semangat iman kepada Tuhan. Seperti tercatat di surat Ali Imran ayat 67 Al Quran: “Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.” Kendati bersikap kritis, Ibrahim as. bukanlah termasuk orang yang sesat. Ia bersemangat mencari bukti kekuasaan Tuhan, tapi ia pun tidak pernah berputus asa mengharapkan rahmat Tuhannya. Seperti tercatat dalam Kitab Al Quran surat Al Hijr ayat 56: “Ibrahim berkata: Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat”. Ingatkah kisah Nabi Ibrahim yang meminta Allah membuktikan eksistensi kekuasaan-Nya? Kemudian Allah mempersilakan Ibrahim mencincang burung dan meletakkan bagian-bagian tubuhnya di tempat berbeda, lalu burung itu dihidupkan lagi oleh Allah. Seperti tertera dalam Kitab Al Quran surat Al Baqarah ayat 260: “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, ’Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.’ Allah berfirman: ‘Belum yakinkah kamu?’ Ibrahim menjawab: ‘Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku).’ Allah berfirman: ‘(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cingcanglah semuanya olehmu.’ (Allah berfirman): ‘Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.’ Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”  
Mengapa Allah pun bersikap kritis kepada manusia? 
Sikap Ibrahim yang menguji Allah dibalas Allah dengan menguji Ibrahim. Beruntunglah Ibrahim adalah seorang yang tulus kepada Tuhannya, sehingga sikap kritisnya tetap berlandaskan kepada iman kepada Tuhannya Yang Maha Esa dan Maha Menciptakannya. Hati-hatilah bila kita tidak tulus kepada Allah swt. Bersikap tidak menolak kebenaran Allah swt, tetapi juga tidak melaksanakan kebenaran Allah swt. Bahkan melawan kebenaran “tiada Tuhan selain Allah”, dan berusaha membuktikan bahwa Allah swt. memiliki sekutu. Wahai orang-orang yang merasa kebenarannya akan mengalahkan kebenaran “tiada Tuhan selain Allah”, ingatkan firman-Nya dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 54: “Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” Allah itu memang senang menguji hamba-Nya untuk mengetahui keimanan seorang hamba kepada-Nya. Sebagaimana firman-Nya dalam surat Al Maidah ayat 48 Al Quran: Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu. Simaklah kisah Nabi Ibrahim as. Diperintahkan-Nya Ibrahim menyembelih anaknya, Ismail. Tapi Allah kemudian menggantikan Ismail dengan seekor binatang sembelihan, setelah Allah membuktikan ketaqwaan dua orang manusia: bapak dan anaknya. Sebagaimana dikisahkan Tuhan dalam Al Quran surat Ash Shaffaat ayat 102-107: Ibrahim berkata: “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia (Ismail) menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu.” Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Wahai orang-orang yang kritis terhadap Tuhannya. Bila kamu bermimpi seperti mimpi Nabi Ibrahim as., sanggupkah bila Tuhan mengujimu, menyembelih anakmu tercinta? Kendati sanggup, kamu bukankah Nabi Ibrahim yang sanggup membedakan: mana perintah Tuhan dan mana perintah setan? Hawa nafsumu masih hawa nafsu setan, dan bukannya hawa nafsu yang dirahmati Tuhan. Yakinkah kamu akan mimpimu yang berisi perintah menyembelih anakmu sendiri sungguh-sungguh datang dari Tuhan yang menciptakanmu? Yakinkah kamu atas petunjuk mimpi yang menyuruh melukai anakmu sendiri benar-benar datang dari Tuhan yang menghidupkanmu dan akan mematikanmu? Sementara hatimu selama ini tertutup oleh keraguan eksistensi Tuhanmu. Bagaimana bila perintah itu datang dari setan yang mengelabui kamu? “Ibrahim seorang yang kritis, tetapi dia bukanlah orang yang sombong. Apalagi bersikap sombong terhadap Allah Yang Satu tanpa sekutu. Ibrahim adalah seorang penyantun, dan juga seorang pengiba, yang mengiba kepada Tuhannya, dan Ibrahim selalu kembali tunduk patuh pasrah kepada Tuhannya: Ya Allah ya Aziz, Tuhan Yang Maha Perkasa.” Bacalah kitab yang menjadi pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini, yakni Kitab Al Quran dalam surat Hud ayat 75: “Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi pengiba dan suka kembali kepada Allah.”  
Teladani Ibrahim as. teladani Muhammad saw. 
Siapa yang meneladani Nabi Ibrahim as., maka teladanilah pula Nabi Muhammad saw. Dengan begitu, Allah akan menjadi Maha Pelindung baginya, Ya Allah ya Waliyy. Sebagaimana firman Allah dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 68: “Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), serta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman.” Soal sikap kritis terhadap eksistensi Allah itu, Anas bin Malik, seorang yang setia membantu Nabiku sejak kecil, meriwayatkan hadis Qudsi: tutur kata Nabiku yang bersumber langsung dari Allah-- termaktub dalam kitab hadis Bukhari dan Muslim (78): Rasulullah saw. bersabda: “Allah berfirman, ‘Sesungguhnya umatmu tak henti-hentinya bertanya: Kenapa begini, kenapa begini? Sampai-sampai mereka mengatakan: Allah menciptakan makhluk, lalu siapakah yang menciptakan Allah?’” Dan Nabiku, Nabi Muhammad saw. memberikan solusi atas sikap kritis itu. Seperti diriwayatkan seorang pembantu terdekatnya yang rajin mengingat sunah Nabiku, Abu Hurairah, dan dicatat di kitab hadis Bukhari dan Muslim (77): Rasulullah saw. bersabda: “Tak henti-hentinya manusia bertanya-tanya, sampai-sampai dikatakan: Allah menciptakan makhluk, lalu siapa yang menciptakan Allah? Barang siapa yang merasakan keraguan dalam hatinya, maka hendaklah ia berkata: Aku beriman kepada Allah.” “Mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya,” begitu kubaca dalam surat Al Baqarah ayat 255 Al Quran. Kubaca juga di surat Hud ayat 14 Al Quran: “Ketahuilah, sesungguhnya Al Qur’an itu diturunkan dengan ilmu Allah dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)?” Ditegaskan lagi dalam surat Al Hajj ayat 54 Al Quran: “Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Qur’an itulah yang hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya, dan sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.” “Sesungguhnya Al Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,” begitu Al Quran surat Al Isra ayat 9 berbunyi. 
Al Quran, wahyu Sang Maha Pencipta Tiada Tara, masihkah diragukan? 
Masihkah kita ragu kepada wahyu Tuhan dalam Kitab Suci Al Quran? Bacalah firman-Nya dalam surat Al Baqarah ayat 23: “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” Bacalah wahyu Tuhanku Yang Maha Mampu, Ya Allah ya Qaadir, kepada Nabiku dalam surat Al Kahfi ayat 109 Al Quran: “Katakanlah (Hai Muhammad): Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).” Bacalah juga yang disampaikan Malaikat Jibril dalam surat Luqman ayat 27 Al Quran: “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” “Katakanlah,” begitu firman Tuhanku Yang Maha Mencipta Tiada Tara, Ya Allah ya Badii’ dalam surat Al Isra ayat 88 Al Quran, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”. (Dana Anwari)
Read more...

Shalat is Perfect Prayer

SUCCESS LINK